Jendela puisi Ahmad Fahrizal Aziz

.::ada jiwa dalam kata-kata::.

Kamis, 18 Desember 2008

Harusnya

Harusnya ku berdiri, diantara ribuan hari
Harusnya ku melangkah, dengan nafas yang tak terengah-engah
Harusnya ku bernyanyi, bersama burung-burung dipagi hari
Oh mimpi
Dimanakah aku dapat menjemputmu?

Dimanakah aku dapat memelukmu?
Di tulis oleh Unknown
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Telaga Puisi si Fahri

  • Aku dan Tuhanku : sebuah protes
  • Aku dulu
  • Atheis
  • Bahasa Kesunyian
  • Bangsa basi
  • Ber-Tuhan Perasaan
  • Bersua luka
  • Cinta Sejati
  • Dan disana
  • Definisi Luka
  • Dirinya
  • Doa Kematian
  • Drama itu belum berakhir
  • Getar cumbu yang merayu
  • Harusnya
  • Hidup kedua
  • Hidup sederhana
  • Hujan
  • Ingatlah
  • Ingin menikmatimu
  • Jika itu tentang-mu
  • Ku ingin melukis senyum diwajahmu
  • Labuhan lain
  • Luka bangsa
  • Lupakan Angan
  • Matamu dan Mataku
  • Melawan Kenyataan
  • Melebur
  • Melepasmu
  • Memaknai cinta
  • Membuka Mata
  • Mencoba sempurna
  • Misteri Sunyi
  • Musisi malam
  • Sahabat
  • Sang pengagum
  • Satu hati
  • Segala tentangmu
  • Sejenak saja
  • Semakin jauh
  • Sepasang sayap
  • siapakah engkau?
  • Suara indahMu
  • Sudah cukup
  • Surat Untuk Pemuda
  • Tak perlu disesali
  • Tak sejalan
  • Tergugu rindu
  • Tersesat di persimpangan
  • Tiada yang salah dengan dirimu
  • Yang terpendam

no cpy

Puisi Fahri. Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.