Jendela puisi Ahmad Fahrizal Aziz

.::ada jiwa dalam kata-kata::.

Minggu, 20 Januari 2008

Aku dulu


Aku yang terlalu
Menatap langit terburu-buru
Apa yang selalu
Tersenyum saat hati tengah pilu
Aku yang dulu
Terjerembab dalam nafsu
Aku yang saat itu
Terbuai oleh rayuan yang menipu
Aku dan masa lalu
Adalah tangis yang tersedu-sedu

Blitar, 20 Januari 2009
Di tulis oleh Unknown
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Telaga Puisi si Fahri

  • Aku dan Tuhanku : sebuah protes
  • Aku dulu
  • Atheis
  • Bahasa Kesunyian
  • Bangsa basi
  • Ber-Tuhan Perasaan
  • Bersua luka
  • Cinta Sejati
  • Dan disana
  • Definisi Luka
  • Dirinya
  • Doa Kematian
  • Drama itu belum berakhir
  • Getar cumbu yang merayu
  • Harusnya
  • Hidup kedua
  • Hidup sederhana
  • Hujan
  • Ingatlah
  • Ingin menikmatimu
  • Jika itu tentang-mu
  • Ku ingin melukis senyum diwajahmu
  • Labuhan lain
  • Luka bangsa
  • Lupakan Angan
  • Matamu dan Mataku
  • Melawan Kenyataan
  • Melebur
  • Melepasmu
  • Memaknai cinta
  • Membuka Mata
  • Mencoba sempurna
  • Misteri Sunyi
  • Musisi malam
  • Sahabat
  • Sang pengagum
  • Satu hati
  • Segala tentangmu
  • Sejenak saja
  • Semakin jauh
  • Sepasang sayap
  • siapakah engkau?
  • Suara indahMu
  • Sudah cukup
  • Surat Untuk Pemuda
  • Tak perlu disesali
  • Tak sejalan
  • Tergugu rindu
  • Tersesat di persimpangan
  • Tiada yang salah dengan dirimu
  • Yang terpendam

no cpy

Puisi Fahri. Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.